Selasa, 13 Maret 2018

DO'A KETIKA MENYEMBELIH AQIQAH

Disunnahkan saat menyembelih hewan aqiqah untuk membaca:
بِسْمِ اللهِ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ ، هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلَان
Bismillaah, Alloohu Akbar. Alloohumma mingka wa lak. Haadzihii ‘aqiiqotu fulaan
“Dengan (menyebut) nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah ini (hewan aqiqah karunia) dari-Mu dan (disembelih dalam rangka ibadah kepada)-Mu. Ini adalah aqiqah fulan.”
Catatan: Lafazh ‘fulan’ agar diganti dengan nama anak yang diaqiqahi.
Dasarnya adalah Hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqy dalam As-Sunan Al-Kubro dan Abu Ya’la dalam Musnadnya:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: يُعَقُّ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ، وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَعَقَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ شَاتَيْنِ شَاتَيْنِ يَوْمَ السَّابِعِ ، وَأَمَرَ أَنْ يُمَاطَ عَنْ رَأْسِهِ الْأَذَى وَقَالَ: اذْبَحُوا عَلَى اسْمِهِ وَقُولُوا بِسْمِ اللهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ ، هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلاَنٍ
Dari Aisyah ia berkata: “Anak laki-laki diaqiqahi dengan 2 kambing yang setara, sedang anak perempuan (diaqiqahi) dengan 1 kambing.” Aisyah berkata lagi: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaqiqahi Hasan dan Husain masing-masing dengan 2 kambing pada hari ke-7 (dari kelahiran). Beliau memerintahkan agar kepala anak itu dibersihkan dari kotoran. Dan beliau bersabda: ‘Sembelihlah dengan menyebutkan namanya (nama anak yang diaqiqahi). Ucapkan oleh kalian: ‘Bismillaah, Alloohu Akbar, Alloohumma mingka wa lak. Haadzihii ‘aqiiqotu fulaan.’’”
Hadits ini dishahihkan oleh Ibnus Sakan dan dinyatakan hasan oleh An-Nawawiy dalam Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab. Diriwayatkan juga oleh Ibnul Mundzir dan dinyatakan hasan.
Hal ini juga ditunjang oleh pendapat seorang Tabi’in yang bernama Qatadah, yang menyatakan:
يُسَمِّى عَلَى الْعَقِيقَةِ كَمَا يُسَمِّى عَلَى الْأُضْحِيَّةِ : بِسْمِ اللهِ ، عَقِيقَةُ فُلَانٍ
“Membaca basmalah ketika menyembelih hewan aqiqah sebagaimana membaca basmalah ketika menyembelih hewan qurban. Yakni mengucapkan: ‘Bismillaah, aqiiqotu fulaan.’” (HR. Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih, para perawinya adalah rijal al-Bukhari dan Muslim)
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah juga menyebutkan bahwa pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, dalam Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud:
ولهذا يستحب أن يقال عليها ما يقال على الأضحية قال أبو طالب سألت أبا عبد الله إذا أراد الرجل أن يعق كيف يقول قال يقول باسم الله ويذبح على النية كما يضحي بنيته يقول هذه عقيقة فلان بن فلان ولهذا يقول فيها اللهم منك ولك ويستحب فيها ما يستحب في الأضحية
“Karena itu, ketika menyembelih hewan aqiqah disunnahkan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan ketika menyembelih hewan qurban. Abu Tholib berkata: ‘Aku bertanya kepada Abu Abdillah (Ahmad bin Hanbal): ‘Jika seseorang hendak menyembelih hewan aqiqah, apa yang dibacanya?’ Beliau menjawab: ‘Ia mengucapkan Bismillaah dan menyembelih dengan menyertakan niat sebagaimana ketika menyembelih hewan qurban. Ia (si penyembelih) berkata: Haadzihii aqiiqotu fulaan ibni fulaan. Karena itu, saat menyembelih hendaklah ia mengucapkan: Alloohumma mingka wa lak. Saat menyembelih hewan aqiqah dianjurkan melakukan sesuatu sebagaimana yang dianjurkan ketika menyembelih hewan qurban.’” (Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud, 1/70).
Namun kalaupun seseorang hanya mengucapkan Bismillah saat menyembelih aqiqah dan tidak melafadzkan niat bahwa aqiqah ini dari anak tertentu, maka yang demikian tidak mengapa.
Ibnul Mundzir menyatakan:
وإن نوى العقيقة ولم يتكلم به أجزأه إن شاء الله
“Jika dia telah berniat aqiqah namun tidak melafazhkan niatnya, maka yang demikian sudah cukup baginya insyaalloh (Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud, 1/93).
Catatan:
Hadits Aisyah di atas memiliki ‘illat karena mayoritas jalur periwayatan mengandung ‘an-‘anah dari Ibnu Juraij, hanya periwayatan dari Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang tidak. Ibnu Juraij, meski beliau adalah rijal Bukhari dan Muslim namun beliau dikenal sebagai mudallis. Namun, riwayat ini insyaalloh bisa dikuatkan dengan riwayat yang shahih maqthu’ dari Qatadah. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan 2 jalur periwayatan dari Qatadah, yang salah satu sanadnya shahih. Syaikh Albany dalam kitab Qishshotul Masihid Dajjal (1/99) mengisyaratkan bahwa riwayat shahih maqthu’ dari tabi’in hukumnya adalah marfu’ mursal.

Sumber: http://salafy.or.id/blog/2015/01/14/bacaan-ketika-menyembelih-hewan-aqiqah/ dengan editing seperlunya